“Ketika akhirnya dinyatakan lulus dan mengikuti prosesi wisuda, saya merasakan kebanggaan dan syukur yang luar biasa. Semua perjuangan dan tantangan selama bertahun-tahun terasa terbayar lunas,” ujar Rinto Wiarta, M.Hut., Ph.D., dalam prosesi wisuda Beijing Forestry University pada 12 Juni 2025 lalu. Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat (UNU Kalbar) itu resmi meraih gelar doktor di bidang Forest Management setelah menempuh perjalanan akademik selama enam tahun, termasuk penundaan hampir dua tahun akibat pandemi COVID-19. Disertasinya yang berjudul “The Dynamic of Mangrove Forests (1993–2023) in Kubu Raya District, Indonesia: Land Use, Fragmentation Pattern and Driving Factors” dipersembahkan khusus untuk kampung halamannya yang kaya akan ekosistem mangrove.
Lahir di Sungai Raya pada 11 Maret 1985, Rinto berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya, almarhum Muhammad Arni, adalah seorang nelayan, sementara ibunya, almarhumah Kamariah, berjualan kue keliling. “Keluarga saya mungkin tak bergelimang harta, tapi semangat dan kerja keras orang tua menjadi sumber inspirasi terbesar dalam perjalanan pendidikan saya,” kenangnya haru. Rinto menempuh pendidikan sarjana di Universitas Tanjungpura Pontianak dan meraih gelar Sarjana Manajemen Hutan pada 2009. Ia kemudian melanjutkan studi magister di bidang Ilmu Kehutanan pada 2016. Tahun 2019 menjadi awal perjalanan doktoralnya di Beijing Forestry University, diawali dengan satu tahun program persiapan bahasa Mandarin. “Belajar bahasa dan budaya baru adalah tantangan tersendiri, tapi pengalaman itu memperluas perspektif saya sebagai pelajar internasional,” tutur pria berusia 40 tahun ini. Tantangan komunikasi, terutama dalam memahami aksen dan ragam bahasa lokal, menjadi salah satu ujian tersulit dalam interaksi akademik sehari-hari.
Tantangan semakin berat ketika pandemi COVID-19 melanda pada 2020. Penelitiannya sempat terhenti dan baru dapat dilanjutkan pada September 2022. “Menulis dan mempublikasikan hasil riset di jurnal internasional tidak mudah. Berkali-kali ditolak editor, tapi setiap penolakan menjadi pelajaran berharga untuk terus belajar dan memperbaiki,” ceritanya. Selama studi, Rinto aktif mengikuti seminar ilmiah, pelatihan metodologi riset, dan terlibat dalam sejumlah proyek penelitian yang menjadi dasar disertasinya. Pengalaman yang tak terlupakan baginya adalah melihat salju untuk pertama kali dan mengunjungi Tembok Besar China. “Sebagai anak tropis, momen itu sangat berkesan,” ujarnya. Ia juga bangga dinobatkan sebagai mahasiswa internasional dengan kemampuan bulu tangkis terbaik di kampus, yang menjadi medium diplomasi budaya dan membangun pertemanan lintas negara. Penelitiannya mendalami dinamika hutan mangrove di Kabupaten Kubu Raya selama tiga dekade terakhir. “Penelitian ini saya dedikasikan untuk tanah kelahiran saya yang memiliki potensi ekosistem mangrove luar biasa penting bagi keberlanjutan pesisir dan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya. Kini, dengan gelar doktor yang telah diraih, Rinto siap melanjutkan pengabdiannya sebagai dosen dan peneliti. “Dengan semangat, dedikasi, dan dukungan banyak pihak, saya yakin kita bisa mewujudkan perubahan positif untuk kelestarian hutan Indonesia,” pungkasnya optimis.
Kecintaan Rinto terhadap dunia kehutanan tumbuh sejak kecil. “Saya tumbuh di tengah hutan hujan tropis Kalimantan Barat, menyaksikan langsung keindahan dan kekayaan hayatinya, sekaligus menyadari betapa besar tekanannya,” ungkapnya. Sebelum melanjutkan studi doktoral, Rinto sempat menjadi sukarelawan di WWF Indonesia untuk program pemantauan habitat bekantan di hutan mangrove, serta bekerja di perusahaan swasta pengelola hutan. Sejak 2018, ia bergabung sebagai dosen UNU Kalbar. “Ilmu yang saya dapat di Beijing bukan hanya untuk saya pribadi, tapi untuk masyarakat luas,” tegasnya. Ia berkomitmen membagikan ilmu dan pengalamannya kepada generasi muda, sekaligus mendorong pengembangan riset serta pengelolaan hutan yang berkelanjutan di Indonesia. Hingga kini, Rinto telah menerbitkan lima artikel ilmiah di jurnal internasional, termasuk riset mengenai sekuestrasi karbon oleh Rhizophora apiculata muda dan dinamika produktivitas serasah di hutan mangrove. “Saya bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas rahmat dan kesehatan yang terus menyertai saya. Terima kasih juga untuk istri, anak, keluarga besar, sahabat, serta para donatur yang mendukung secara moral dan material,” tuturnya penuh syukur. (aflah)
