KPRA dalam Lingkungan Pendidikan Formal & Pesantren: MTs N 3 Jombang

Kunjungan Tim Yayasan Karir Protean Indonesia (YKPI) berikutnya tanggal 6 Agustus 2024 ke MTsN 3 Jombang. Kali ini, Tim Yayasan Karir Protean Indonesia diundang pihak sekolah yaitu Ibu Hj. Zumrotus Sholichah, M. Pd selaku guru Bimbingan Konseling kelas unggulan sekaligus sebagai Wakil Kepala Bidang Humas untuk sharing session bersama guru Bimbingan Konseling. Melihat potensi sekolah ini sangat besar untuk pengembangan psikis, minat dan bakat siswa, maka Tim Yayasan Protean Karir Indonesia memberikan wawasan-wawasan baru untuk guru BK. Sebagaimana kenyataan bahwa hanya sedikit guru BK yang menempuh bidang pendidikan sesuai dengan pekerjaan saat ini sehingga membuat problematika tersebut membutuhkan perhatian besar dan perlu untuk meningkatkan potensi guru BK lewat sharing session yang turut mengundang Tim YKPI tutur Kepala Madrasah Bapak Dr. H. M. Masrul, S. Ag, M. Pd. I

Sharing session yang dibahas kali ini tentang langkah-langkah penting yang harus dilakukan guru BK untuk menangani siswa secara tepat dan tuntas, terutama mayoritas siswa juga merupakan santri. Topik terkait mengklasifikasikan masalah, bagaimana merinci data untuk memudahkan pengidentifikasian suatu masalah, serta bagaimana penyajian data sehingga memudahkan treatment pada siswa. Pembahasan dibuka sebagai pemantik  sharing session oleh Bapak Aris Risdiana, M. M. Tema berikutnya disampaikan oleh Bapak Anggi Jatmiko, M. A terkait SDM yang tidak mampu memenuhi kuantitas siswa yang besar. Dilihat dari perbandingan siswa dan guru BK di MTsN 3 Jombang adalah 1:150 sehingga hal ini menjadi fokus problem solving guru BK MTsN 3 Jombang untuk memahami sekian banyak dengan SDM yang hanya sepersekian persen. Melihat hal ini bahwa penambahan guru BK untuk memaksimalkan treatment atau pelayanan pada siswa dengan kasus atau siswa yang membutuhkan konsultasi untuk pengembangan diri, ujar yang biasa di panggil pa miko.

Disisi lain, guru BK juga menyampaikan pendapat bahwa citra guru BK sebagai polisi sekolah saat ini masih kentara. Karena para siswa menganggap anak yang masuk ruang BK berarti bermasalah. Meskipun ungkapan tersebut tidak dituturkan secara langsung, karena citra guru BK sebagai “sahabat siswa” belum melekat, malah “polisi siswa” yang masih menempel sampai saat ini. Tentunya diperlukan trik-trik agar citra guru BK sebagai “polisi sekolah” berubah menjadi “sahabat siswa”. Salah satunya adalah duta BK yang berasal dari siswa itu sendiri karena fokusnya guru BK adalah untuk siswa, dan dari siswa ungkap yang biasa disapa kang aris.

Lebih lanjut, salah satu guru BK mulai menyampaikan kegelisahan terkait kesulitan dalam mengklasifikasikan problem yang dialami siswa. Adapun hal lain seperti kampanye guru BK kepada siswa terutama siswa baru dengan film bertemakan bullying agar siswa tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi hal seperti itu. Dari kegelisahan tersebut ditanggapi oleh Bapak Moh. Khoerul Anwar, Ph. D terkait mengatasi kesulitan yang dihadapi guru BK dalam mengklasifikasikan masalah yang dialami siswa. Selain itu, penggunaan data sangatlah penting dalam proses penyelesaian atau upaya untuk menyelesaikan masalah yang terjadi serta data mempu mengurangi tingkat subjektifitas seseorang khususnya guru BK dalam memberikan layanan psikologis.   

Kontributor: Dyah Mawaridlotus Shopiahati

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *